Efek Musyawarah Politik Secara Online Terhadap Keterlibatan Masyarakat
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi komunikasi yang sedang berlangsung dengan cepat sekarang ini memberikan arah dan cara baru terhadap masyarakat dalam melakukan musyawarah. Masyarakat global sekarang ini sudah saling terhubung satu sama lain melalui koneksi global jaringan sosial yang luas yang membuat mereka selalu tahu akan informasi-informasi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka dan menjadi lebih mudah dalam berpartisipasi ke dalam dunia politik. Bukan hanya politik, tetapi bisa juga bermacam-macam urusan publik seperti topik sosial budaya, bisnis, gaya hidup, dll. Pada esai tanggapan saya kali ini, saya akan membahas lebih spesifik kepada keterlibatan masyarakat dalam dunia politik di era perkembangan teknologi komunikasi di mana semuanya terhubung secara tidak langsung di dalam suatu dunia maya yang kompleks.
Partisipasi politik, pada umumnya, berhubungan dengan tindakan rakyat biasa dalam mencapai arah dan tujuan yang sama, yang menjadikan mereka disebut sebagai ‘informed citizenry’ dan membuat masyarakat tersebut menjadi bagian dari proses dan hasil akhir politik itu sendiri. (Brady, 1999) Komunikasi manusia yang terus terjadi di dalamnya dan berkembang secara rasional adalah salah satu hal yang esensial dan yang paling inti dari kegiatan musyawarah itu sendiri. Dalam definisi yang lebih kuat, musyawarah mengacu pada kombinasi analisis dan proses egaliter di mana para peserta di dalamnya memiliki kesempatan berbicara dan mendengarkan berbagai dialog mengenai isu-isu publik (Burkhalter, Gastil, & Kelshaw, 2002).
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, saya akan membahas bagaimana musyawarah online dapat memiliki dampak positif terhadap nilai-nilai demokrasi. Bagaimana musyawarah online dapat menawarkan keuntungan yang luar biasa yang tidak dapat diwujudkan dalam musyawarah langsung atau tatap muka. Dalam musyawarah langsung, waktu dan biaya digolongkan sebagai suatu hal yang mahal. Para peserta membutuhkan usaha untuk mempersiapkan waktu, dan harus mensosialisasikan tempat dan acara berlangsungnya musyawarah terlebih dahulu. Hal ini sangat berbeda jauh dengan musyawarah online yang jauh lebih ekonomis dan dapat menyimpan sejumlah besar peserta tanpa batas geografis (Rice, 1993).
Walaupun hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kedua musyawarah tersebut sama-sama memberikan dampak positif terhadap pengetahuan peserta akan suatu masalah, efikasi politik, dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam politik. Komunikasi online dianggap lebih demokratis karena dalam satu kegiatan komunikasi online, para peserta tidak melihat satu sama lain berdasarkan status sosial, pendidikan, pekerjaan, umur, gender, dan faktor sosial lainnya. Para peserta bergabung secara anonim dan heterogen, artinya mereka berasal dari beragam komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat dan berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu anonim dalam konteks ini maksudnya dalah antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung. Tidak terkecuali dengan ciri bahwa antarindividu tidak ada organisasi formal yang melingkupinya. Mereka tidak membutuhkan pimpinan yang mengatur kendali atas apa yang mereka harus lakukan (Hidayat, 2007). Oleh karena itu, dalam musyawarah online, pola dominasi individu dapat lebih berkurang dan kontribusi peserta yang berstatus rendah meningkat.
Saat ini, kita hidup dalam masyarakat yang terus berubah. Kadang-kadang sulit untuk membedakan yang mana perubahan penting di antara banyak perubahan yang telah terjadi. Sebab, masing-masing perubahan itu membawa kepentingannya sendiri-sendiri dan untuk masyarakat yang berbeda satu sama lain. Perubahan dalam cara berkomunikasi yang dilakukan umat manusia yang jelas telah membawa perubahan penting dalam hidup mereka dalam mencapai tujuan hidup.
KESIMPULAN
Sampailah kita pada kesimpulan yang akan menjadi bab terakhir dari esai ini. Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada abad komunikasi teknologi, munculnya internet membuat semua hal berkembang menjadi lebih cepat lagi. Internet telah mampu mengatasi ruang dan waktu proses penyebaran informasi di dunia ini. Apalagi internet kemudian diintegrasikan dengan media massa lain seperti televisi, radio, dan media cetak, bahkan media massa selain internet itu pada akhirnya membutuhkan internet sebagai alat penyebaran informasi pula. Hal itu dapat terjadi karena kemampuan manusia yang terus melakukan pengembangan, eksplorasi, dan penelitian demi kemajuan di bidang teknologi komunikasi.
Sketsa tingkat peralihan utama di dalam kemampuan orang-orang untuk bermusyawarah menunjukkan dua faktor utama. Pertama, “revolusi” komunikasi sedang terjadi sepanjang keberadaan manusia. Masing-masing menyediakan sebuah alat perubahan penting yang dapat dibawa untuk memikirkan diri manusia, organisasi masyarakat, dan akumulasi budaya. Kedua, pertumbuhan internet telah mengambil peran revolusi komunikasi yang kian kompleks. Seseorang bisa membawa perubahan dengan hanya berkomunikasi melalui chatting dengan teman atau keluarganya yang jauh di luar pulau atau benua.
Inilah abad komunikasi teknologi. Semua dipercepat, dipermudah, disederhanakan, tetapi dampak negatif yang ditimbulkan juga akan lebih nyata dan besar. Munculnya era komunikasi teknologi merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Komunikasi teknologi merupakan keniscayaan sejarah perkembangan manusia dalam melakukan komunikasi. semakin cerdas manusia, semakin kompleks dan rumit komunikasi yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Preferences:
Hidayat, Dedy Nur. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Internet websites:
Brady, H. E. (1999). Political participation. In J. P.Robinson, P. R.Shaver, & L. S.Wrightsman (Eds.), Measures of Political Attitudes (pp.737–801). San Diego: Academic Press.
Burkhalter, S., Gastil, J., & Kelshaw, T. (2002). A conceptual definition and theoretical model of public deliberation in small face-to-face groups. Communication Theory, 12, 398–422.
Rice, R. E. (1993). Media appropriateness: Using social presence theory to compare traditional and new organizational media. Human Communication Research, 19, 451–484.