Pengaruh Teknologi Terhadap Kinerja Media dan Budaya Masyarakat
Author Note
Wasi Zada, Department of Marketing Communication, Bina Nusantara University.
This review based on articles by Gary Krug. (2005). “Part Six: Technology, Truth, and the Military-Industrial Complex” and “Part Seven: Information and Social Order: Pornography and the Public” On Communication Technology and Cultural Change, London: Sage Publication, pg. 133-184.
Correspondence concerning this review should be addressed to Wasi Zada, Department of Marketing Communication, Bina Nusantara University, Class 04 PHO, Jalan Anggrek Cakra.
ABSTRACT
Media massa dapat dilihat sebagai sistem sosio-teknik yang secara terus-menerus berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan “sosio” dan “teknik” di sini dimaksudkan untuk merujuk tentang adanya saling-ketergantungan antara aspek teknologis dan aspek sosial. Hasil penelitian sosiologis terhadap industri pun membuktikan bahwa memang terdapat bentuk organisasi yang sesuai bagi setiap situasi teknis yang menjanjikan keberhasilan paling besar. Produksi massal, misalnya, melibatkan struktur hirarkis yang nampaknya paling cocok untuk melaksanakan tugas-tugas yang distandarisasikan. Jika masalah-masalah baru dan tidak diketahui terus-menerus timbul, maka organisasi harus mampu meresponnya secara luwes. Itu artinya alokasi peran dan tugas harus selalu mengalami peninjauan dan perubahan secara terus-menerus jika perlu. Organisasi yang sifatnya “hidup” ini ditandai dengan bidang-bidang kecakapan yang dirumuskan secara tidak terlalu teliti karena terus menerus mengalami perumusan-perumusan kembali. Inilah sifat khas yang terjadi dalam produksi isi media massa dalam menghadapi perubahan teknologi. (Kusumaningrat & Purnama, 2009)
INTRODUCTION
Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. Misalnya, dari masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak ke masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, media bahkan dianggap seperti kehidupan nyata (media and real life are the same). Dengan komputer kita bisa berbuat apa saja, misalnya kita bisa mencari hiburan dengan permainan yang disediakan, kita bisa menjelajah ke seluruh dunia dengan perantaraan internet, kita bisa berkirim surat secara cepat melalui e-mail dengan teman yang ada di negara lain, dan kita pun bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari kebutuhan kita dengan komputer. (Nurudin, 2007)
ANALYSIS AND DISCUSSION
Saat ini masyarakat kita tengah memasuki era masyarakat informasi. Salah satu ciri yang menonjol adalah penggunaan media massa sebagai alat utama dalam pelaksanaan komunikasi. komunikasi massa telah memunculkan revolusi baru yakni penggunaan jasa sebagai dampak perkembangan era informasi sekarang ini. Seorang direktur sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya bisa hanya dengan menggunakan media massa. Ia memesan barang melalui iklan yang dimuat di media massa. Ia juga bisa menjual barang melalui media massa atau cukup mengangkat telepon yang diperoleh dari informasi di media massa. Jadi, media massa juga bisa membawa perubahan dalam banyak hal. Artinya, dalam era saat ini masyarakat tidak bisa lepas dari peran media massa. (Nurudin, 2007)
Media massa telah mampu membentuk seperti apa masyarakat. Masyarakat yang demokratis bisa dibentuk melalui media massa dan juga sebaliknya. Media massa telah menjadi budaya. Ia diciptakan manusia, tetapi akhirnya media membentuk masyarakat itu sendiri (McLuhan, 1995). Media mampu mengarahkan masyarakat untuk mencapai suatu perubahan tertentu.
Ada beberapa perubahan besar yang mengikuti perkembangan teknologi dalam berkomunikasi. Masing-masing perubahan atau pergerakan dari era satu ke era yang lain membawa bentuk baru komunikasi yang menyebabkan beberapa macam perubahan dalam masyarakat. Kemampuan yang terjadi akibat era elektronik menyebabkan perluasan yang lebih baik pada pikiran dan perasaan manusia. Manusia tidak saja mengandalkan pendengaran dan penglihatan, tetapi keduanya sekaligus. Dengan era elektronik, dunia seolah semakin sempit. Hal inilah yang disebut sebagai desa global (global village). Aktivitas manusia tidak akan lepas dari aktivitas manusia yang lain, bahkan desa global telah membentuk manusia menjadi makhluk individual. Ketika kita memanfaatkan media elektronik, seperti komputer yang dipasang peralatan internet, kita bisa “mengitari dunia” ini. Kita bisa berdiskusi, chatting, atau mengirim surat dengan e-mail.
McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak. Petama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang telah dikatakan oleh McLuhan sebelumnya bahwa “Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri.” (Nurudin, 2007)
CONCLUSION
Sebagai suatu jenis pengarah yang memiliki kemampuan yang kuat untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu, media massa telah menjadi agenda untuk masyarakat pada apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Dengan begitu, media tidak boleh hanya memberitakan fakta atau kejadian yang justru memperkuat status quo. Media harus menjadi alat keadilan, media harus terus mengkritisi setiap ketidakadilan yang ada di sekitarnya. Media harus terus mengkritisi dan melawan segala bentuk hegemoni dan kekuasaan yang hanya berada di tangan penguasa. Oleh karena itu, jurnalis atau orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa haruslah mempunyai tanggung jawab dalam pemberitaan atau apa yang disiarkan. Apa yang diberitakan oleh media massa harus bisa dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab tentunya mempunyai dampak positif. Dampak positif yang terasa adalah media massa akan berhati-hati untuk menyiarkan dan menyebarkan informasinya. Ia tidak bisa seenaknya saja memberikan informasi yang tidak benar, misalnya, sekadar mengarang cerita agar medianya laris di pasaran. Jadi, jurnalis tidak sekadar menyiarkan informasi tanpa bertanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini bisa ditujukan pada Tuhan, masyarakat, profesi, atau dirinya masing-masing.
BIBLIOGRAPHY
Primary text:
Gary Krug. (2005). “Part Six: Technology, Truth, and the Military-Industrial Complex” and “Part Seven: Information and Social Order: Pornography and the Public” On Communication Technology and Cultural Change, London: Sage Publication, pg. 133-184.
Preferences:
Kusumaningrat, H., & Purnama, K. (2009). Jurnalistik: Teori & Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.